Rabu, 17 April 2013
Selasa, 16 April 2013
Kebidanan
Eklamsi
Post Partum
Pengertian
Eklamsi adalah Penyakit akut dengan kejang dan coma pada wanita
hamil dan dalam nifas dengan hipertensi, oedema dan proteinuria (Obtetri
Patologi,R. Sulaeman Sastrowinata, 1981 ).
Insiden
Eklamsi
lebih sering terjadi pada primigravidarum dari pada multipara (Obtetri
Patologi,R. Sulaeman Sastrowinata, 1981 ).
Patofisiologi
Peredarah dinding rahim berkurang(ischaemia
rahim)
Placenta atau decidua mengeluarkan zat-zat
yang menyebabkan spasme (ischaemia uteroplacenta) dan hipertensi
Eklamsi
Mata terpaku
Kepala
dipalingkan ke satu sisi
Kejang-kejang
halus terlihat pada muka
(Invasi)
Badan kaku
Kadang
episthotonus
(Kontraksi/Kejang
Tonis)
Kejang hilang
timbul
Rahang
membuka dan menutup
Mata
membuka dan menutup
Otot-otot
badan dan muka berkontraksi dan berelaksasi
Kejang
kuat terjadi dan kadang lidah tergigit
Ludah
berbuih bercampur darah keluar dari mulut
Mata
merah, muka biru
(Konvulsi/KejangClonis)
-Tensi
tinggisekitar 180/110 mmHg
-Nadi
kuat berisi-keadaan buruk nadi menjadi kecildan cepat
Demam,Pernafasan cepat, sianosisProteinuria dan oedema
Coma
Amnesia
retrigrad post koma
Prognosis
Koma lama
Nadi diatas 120
Suhu diatas 39°c
Tensi diatas 200 mmHg
Lebih dari 10 serangan
Proteinuria 10 gram sehari atau lebih
Tidak adanya edema
(Gejala-gejala yang memberatkan Prognosa Oleh
Eden)
* Oedema paru dan apopleksi merupakan keadaan yang
biasanya mendahului kematian.
* Jika deuresi lebih dari 800 cc dalam 24 jam atau 200 cc tiap 6 jam maka
prognosa agak membaik.
* Sebaliknya oliguri dan uri merupakan gejala
yang buruk.
* Multipara usia
diatas 35 keadaan waktu MRS mempengaruhi prognosa lebih buruk.
Pemeriksaan
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan
atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan
seperti sebelum hamil.
Proses involusi terjadi karena adanya:
Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena
adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang
sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan
susut kembali mencapai keadaan semula. Penghancuran jaringan tersebut akan
diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu
mengalami beser kencing setelah melahirkan.
Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot
setelah anak lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah
karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang
tidak berguna. Karena kontraksi dan retraksi menyebabkan terganggunya peredaran
darah uterus yang mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan
sehingga ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil.
Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi pada
jaringan otot uterus.
Involusi pada alat kandungan meliputi:
Uterus
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi
dan retraksi otot-ototnya.
Perubahan uterus setelah melahirkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.1 Tabel Perubahan Uterus Setelah melahirkan
Involusi
|
TFU
|
Berat Uterus
|
Diameter Bekas Melekat Plasenta
|
Keadaan Cervix
|
Setealh pladsenta lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu
8 minggu
|
Sepusat
Pertengahan pusat symphisis
Tak teraba
Sebesar hamil 2 minggu
Normal
|
1000 gr
500 gr
350 gr
50 gr
30 gr
|
12,5
7,5 cm
5 cm
2,5 cm
|
Lembik
Dapat dilalui 2 jari
Dapat dimasuki 1 jari
|
Sumber: Rustam
muchtar, 1998
Involusi tempat plasenta
Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar
yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta tidak meninggalkan
parut karena dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru
dibawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga
sisa-sisa kelenjar pada dasar luka. (Sulaiman S, 1983l: 121)
Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar, tetapi
karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak
maka arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas.
Perubahan pada
cervix dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2
jari, pada akhir minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja. Karena hiperplasi ini dan karena
karena retraksi dari cervix, robekan cervix jadi sembuh. Vagina yang sangat diregang waktu persalinan, lambat laun
mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post partum ruggae mulai nampak
kembali.
Rasa sakit yang disebut after
pains ( meriang atau mules-mules)
disebabkan koktraksi rahim biasanya berlangsung 3 – 4 hari pasca persalinan.
Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu
mengganggu analgesik.( Cunningham, 430)
Lochia
Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa
nifas. Lochia bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah menstruasi.
Lochia ini berbau anyir dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk.
Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan
jumlah dan warnanya yaitu lokia rubra berwarna merah dan hitam terdiri
dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium, sisa darah dan
keluar mulai hari pertama sampai hari ketiga.
Lochia sanginolenta berwarna putih bercampur merah , mulai hari ketiga
sampai hari ketujuh.
Lochia serosa berwarna kekuningan dari hari ketujuh sampai hari keempat
belas.
Lochia alba berwarna putih setelah hari keempat belas.(Manuaba, 1998: 193)
Dinding perut
dan peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama,
biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan diafragma pelvis yang
meregang pada waktu partus setelah bayi lahir berangsur angsur mengecil dan
pulih kembali.Tidak jarang uterus jatuh ke belakang menjadi retrofleksi karena ligamentum
rotundum jadi kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-latihan
pasca persalinan.( Rustam M, 1998: 130)
Sistim
Kardiovasculer
Selama kehamilan secara normal volume darah
untuk mengakomodasi penambahan aliran darah yang diperlukan oleh
placenta dan pembuluh darah uterus. Penurunan dari estrogen mengakibatkan diuresis yang menyebabkan volume plasma menurun secara cepat pada
kondisi normal. Keadaan ini terjadi pada
24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran. Selama ini klien mengalami
sering kencing. Penurunan progesteron membantu
mengurangi retensi cairan sehubungan dengan penambahan vaskularisasi
jaringan selama kehamilan. ( V Ruth B, 1996: 230)
Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume darah
dan ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktifitas ini terjadi
pada hari pertama post partum.( V Ruth B, 1996: 230)
Sistim Hormonal
Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada otot
uterus dan jaringan payudara. Selama kala tiga persalinan aksi oxytoxin
menyebabkan pelepasan plasenta. Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan
kontraksi uterus, memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah
perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk menyusui bayinya, isapan bayi
menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna keadaan ini membantu kelanjutan involusi
uterus dan pengeluaran susu. Setelah placenta lahir, sirkulasi HCG,
estrogen, progesteron dan hormon
laktogen placenta menurun cepat, keadaan ini menyebabkan perubahan fisiologis
pada ibu nifas.
Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh glandula hipofise
anterior bereaksi pada alveolus payudara dan merangsang produksi susu.
Pada wanita yang menyusui kadar prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH di
ovarium ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun pada
hari ke 14 sampai 21 post partum dan penurunan ini mengakibatkan FSH disekresi
kelenjar hipofise anterior untuk
bereaksi pada ovarium yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan progesteron
dalam kadar normal, perkembangan normal folikel de graaf, ovulasi dan
menstruasi.( V Ruth B, 1996: 231)
Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu.
Air susu ibu ini merupakan makanan pokok , makanan yang terbaik dan bersifat
alamiah bagi bayi yang disediakan oleh ibu yamg baru saja melahirkan bayi akan
tersedia makanan bagi bayinya dan ibunya sendiri.
Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang pertumbuhan
kelenjar susu sedangkan progesteron merangsang pertumbuhan saluran kelenjar ,
kedua hormon ini mengerem LTH. Setelah plasenta lahir maka LTH dengan bebas
dapat merangsang laktasi.
Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang merangsang pengeluaran
air susu. Pengeluaran air susu adalah reflek yang ditimbulkan oleh rangsangan
penghisapan puting susu oleh bayi. Rangsang ini
menuju ke hypofise dan menghasilkan oxtocin yang menyebabkan buah dada
mengeluarkan air susunya.
Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini
menandai permulaan sekresi air susu, dan kalau areola mammae dipijat, keluarlah
cairan puting dari puting susu.
Air susu ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-5 %, gula 6,5-8
%, garam 0,1 – 0,2 %.
Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan. Benyaknya
air susu sangat tergantung pada banyaknya cairan serta makanan yang dikonsumsi
ibu. (Obstetri Fisiologi UNPAD, 1983: 318 )
Tanda-tanda
vital
Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi:
Tabel 2.2 Tabel perubahan Tanda-tanda Vital
Parameter
|
Penemuan normal
|
Penemuan abnormal
|
Tanda-tanda vital
|
Tekanan darah < 140 / 90 mmHg, mungkin bisa naik dari tingkat disaat
persalinan 1 – 3 hari post partum.
Suhu tubuh < 38 0 C
Denyut nadi: 60-100 X / menit
|
Tekanan darah > 140 / 90 mmHg
Suhu > 380 C
Denyut nadi: > 100 X / menit
|
2. Perubahan Psikologi
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi dalam 3
tahap yaitu:
Periode Taking
In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini
terjadi interaksi dan kontak yang lama
antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat dikatakan sebagai psikis honey moon
yang tidak memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing saling memperhatikan
bayinya dan menciptakan hubungan yang baru.
Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha
bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai ketrampilan
perawatan bayi. Pada periode ini ibu berkosentrasi pada pengontrolan fungsi
tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air besar.
Periode Letting
Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil tanggung
jawab terhadap bayi.( Persis Mary H, 1995)
Sedangkan stres emosional pada ibu
nifas kadang-kadang dikarenakan kekecewaan yang berkaitan dengan mudah
tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan dan pola tidur terganggu.
Manifestasi ini disebut dengan post partum blues dimana terjadi pada hari ke
3-5 post partum.( Ibrahim C S, 1993: 50)
Perawatan Masa Nifas
Setelah melahirkan, ibu membutuhkan
perawatan yang intensif untuk pemulihan kondisinya setelah proses persalinan yang melelahkan.
Dimana perawatan post partum meliputi:
1. Mobilisasi Dini
Karena lelah sehabis melahirkan , ibu harus istirahat tidur telentang
selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring kekanan kekiri untuk
mencegah terjadinya trombosis dan trombo emboli. Pada hari kedua diperbolehkan
duduk, hari ketiga jalan-jalan dan hari keempat atau kelima sudah diperbolehkan
pulang. Mobilisasi diatas memiliki variasi tergantung pada komplikasi
persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
Keuntungan dari mobilisasi dini adalah melancarkan pengeluaran lochia,
mengurangi infeksi purperium, mempercepat involusi alat kandungan, melancarkan
fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan, meningkatkan kelancaran
peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa
metabolisme.( Manuaba, 1998: 193)
2. Rawat Gabung
Perawatan ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama sehingga ibulebih
banyak memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI sehingga kelancaran
pengeluaran ASI lebih terjamin.( Manuaba, 1998: 193)
3. Pemeriksaan Umum
Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain
adalah kesadaran penderita, keluhan yang
terjadi setelah persalinan.
4. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi:
Fisik : tekanan darah, nadi dan suhu
Fundus uteri : tinggi fundus uteri,
kontraksi uterus.
Payudara : puting susu,
pembengkakan, pengeluaran ASI
Patrun lochia : Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa, lochia
alba
Luka jahitan episiotomi : Apakah
baik atau terbuka, apakah ada tanda-tanda infeksi. ( Manuaba, 1998: 193)
5. Nasehat Yang Perlu diberikan saat pulang adalah:
Diit
Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada pemulihan
kesehatan ibu dan pengeluaran ASI. Makanan harus mengandung gizi seimbang yaitu
cukup kalori, protein, cairan, sayuran dan buah-buahan.
Pakaian
Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak
tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat terlalu kencang karena tidak akan
mempengaruhi involusi. Pakaian dalam sebaiknya yang menyerap, sehingga lochia
tidak menimbulkan iritasi pada daerah sekitarnya. Kasa pembalut sebaiknya
dibuang setiap saat terasa penuh dengan lochia,saat buang air kecil ataupun
setiap buang air besar.
Perawatan vulva
Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan untuk
mencegah terjadinya inveksi di daerah vulva, perineum maupun didalam uterus.
Perawatan vulva dilakukan pada pagi dan sore hari sebelum mandi, sesudah buang
air kemih atau buang air besar dan bila klien merasa tidak nyaman karena lochia
berbau atau ada keluhan rasa nyeri. Cara perawatan vulva adalah cuci tangan
sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka, setelah BAK cebok ke arah depan
dan setelah BAB cebok kearah belakang, ganti pembalut stiap kali basah atau
setelah BAB atau BAK , setiap kali cebok memakai sabun dan luka bisa diberi
betadin.
Miksi
Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam post partum.
Kadang kadang wanita sulit kencing, karena spincter uretra mengalami tekanan
oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus spincter ani selama
persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya
dilakukan kateterisasi. (Persis H, 1995: 288)
Defekasi
Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum terjadi
dapat mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat laksans per oral atau
perektal atau bila belum berhasil lakukan klisma.( Persis H,1995: 288)
Perawatan
Payudara
Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas,
tidak keras dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Dianjurkan
sekali supaya ibu mau menyusui bayinya karena sangat berguna untuk kesehatan
bayi.Dan segera setelah lahir ibu sebaiknya menyusui bayinya karena dapat
membantu proses involusi serta colostrum
mengandung zat antibody yang berguna untuk kekebalan tubuh bayi.( Mac.
Donald, 1991: 430)
Kembalinya
Datang Bulan atau Menstruasi
Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit diperhitungkan dan bersifat
indifidu. Sebagian besar kembalinya menstruasi
setelah 4-6 bulan.
Cuti Hamil dan
Bersalin
Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak mengambil cuti hamil dan
bersalin selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan setelah
melahirkan.
Mempersiapkan
untuk Metode KB
Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk membicarakan
metode KB untuk menjarangkan atau menghentikan kehamilan. Oleh karena itu
penggunaan metode KB dibutuhkan sebelum haid pertama kembali untuk mencegah
kehamilan baru. Pada umumnya metode KB dapat dimulai 2 minggu setelah
melahirkan.(Bari Abdul,2000:129)
Kemugkinan Diagnosa Yang Timbul
1. Resiko tinggi terjadinya cedera b/d kejang-kejang berulang
2. Resiko tinggi terjadi Asidosis respirasi b/d Kejang – kejang berulang
3. Resiko tinggi terjadi oliguri sampai anuri b/d hipovolaemi karena oedema
meningkat
4. Resiko tinggi terjadi gangguan vasospasme pembuluh darah b/d hipotensi
mendadak karena usaha penurunan tensi.
Rencana Tindakan Keperawatan
Dx. 1
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Perawatan resiko tinggi terjadinya
cedera tidak terjadi dengan kriteria : tidak terjadi fraktur, pasien tidak
jatuh, lidah tidak tergigit
Intervensi : - Fiksasi tidak terlalu kencang
- Pemasangan sudip lidah
R : Memberikan ruang gerak waktu kejang
Menghalangi
supaya lidah tidak tergigit
Dx 2
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Perawatan dan Medis
resiko Asidosis respirasi tidak terjadi
Kriteria : Kejang berkurang, sianosis tidak ada, nafas 20
x/menit
Intervensi :- Berikan Obat anti kejang sesuai terapi
Medis
Berikan Oksigen 2-6 liter/ menit
Observasi R/R dan Nadi
R : Memberikan ruang gerak bagi paru u/mengembang
Membantu
suplai oksigen sel jaringan tubuh
Menilai pola
nafas dan kerja jantung
Dx.3
Tujuan : Setelah dilakuakn tidakan perawatan Resiko oliguri
sampai anuri tidak terjadi
Kriteria : Urine > 30 cc/jam
Intervensi : -Memperbaiki diuresi dengan pemberian
glukose 5%-10 %
R : Sehingga terjadi pengenceran haemokonsentrasi
Dx.4
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan dan Medis
resiko suplai zat-zat yang dibutuhkan sel tubuh menurun tidak terjadi.
Kriteria : -Tensi tidak boleh turun lebih dari 20 % dalam
1 jam (maksimal dari 200/120 mmHg menjadi 160/95 mmHg dalam 1 jam).
-Tekanan darah tidak boleh kurang dari 140/90 mmHg.
Intervensi : Observasi tensi dan Nadi pasien setiap 1 jam
R : Supaya terjadi penurunan tensi secara
berangsur-angsur sehingga suplai cukup sampai kejaringan dan organ-organ
penting.
Daftra Pustaka
Persis Mary Hamilton, (1995), Dasar-dasar Keperawatan
Maternitas, EGC, Jakarta
R. Sulaeman Sastrawinata, (1981), Obstetri Patologi,
Elstar Offset, Bandung.
------(1995), Ilmu Penyakit Kandungan UPF Kandungan
Dr.Soetomo. Surabaya
Langganan:
Postingan (Atom)